Batal menyutradarai
The Hobbit,
Guillermo del Toro ternyata sudah mempersiapkan proyek original
miliknya sendiri yang berjdul Pacific Rim. Film ini sendiri merupakan
hasil kolaborasi dari del Toro dan Travis Beacham dimana keduanya
terinspirasi untuk membuat kisah tentang pertarungan antara robot
raksasa melawan monster raksasa.
Pacific Rim disebut mengambil inspirasi dari film-film kaiju. Kaiju
sendiri diambil dari bahasa Jepang yang berarti makhluk aneh, tapi
pengaruh dari banyaknya film asal Jepang yang menampilkan makhluk aneh
berukuran raksasa, kaiju kini lebih sering diasosiasikan sebagai sebutan
untuk monster raksasa.
Contoh film kaiju yang paling terkenal tentu saja Godzilla yang bisa
dibilang merupakan leluhur dari film-film monster yang banyak
bermunculan termasuk puluhan sekuel dari Godzilla sendiri. Selain kaiju,
film ini juga mengambil inspirasi cukup banyak dari film-film
bertemakan mecha, khususnya yang berasal dari manga. Salah satu
contohnya adalah Neon Genesis Evangelion sampai Patlabor yang juga
menampilkan robot-robot raksasa yang dipiloti oleh manusia.
Di masa depan, umat manusia dikejutkan dengan kemunculan monster raksasa
yang muncul dari dasar Samudera Pasifik. Awalnya monster yang disebut
kaiju tersebut hanya muncul seekor dan butuh waktu seminggu bagi pasukan
militer untuk mengalahkannya. Namun beberapa waktu berselang makin
banyak lagi kaiju bermunculan dan memporak porandakan seluruh dunia
serta memakan korban hingga jutaan nyawa.
Kemudian harapan muncul saat pemerintah dunai bersatu dan terciptalah
sebuah proyek untuk melakukan perlawanan terhadap kaiju. Proyek tersebut
adalah membangun robot raksasa yang diberi nama Jaegers. Robot itu
membutuhkan dua orang pilot untuk mengoperasikannya, dimana pikiran
kedua pilot tersebut akan saling terhubung satu sama lain.
Raleigh (Charlie Hunnam) merupakan salah satu pilot jaegers yang sudah
berhasil membunuh banyak kaiju. Namun setelah sang kakak yang menjadi
partnernya tewas saat bertugas ia memutuskan pensiun.
Beberapa tahun berlalu kaiju semakin banyak dan makin kuat dimana
monster-monster itu mulai saling beradaptasi dalam pertarungan melawan
jaegers. Disaat kaiju makin banyak, jumlah jaegers yang tersisa beserta
pilotnya makin sedikit. Pada saat inilah Marshall Stacker (Idris Elba)
memanggil kembali Raleigh untuk terjun ke medan perang.
Pacific Rim dibuka dengan luar biasa saat kita dipertontonkan tentang
bagaimana kaiju pertama muncul dan mulai menghancurkan banyak tempat.
Ancaman yang dihadirkan monster-monster raksasa tersebut terasa begitu
mengerikan sedari adegan pembukanya. Gambar-gambar yang memperlihatkan
bagaimana monster berukuran raksasa yang akan membuat T-Rex terlihat
seperti semut terasa begitu megah.
Memang ceritanya sangat terasa fantasi, tapi pengemasan del Toro pada
bagian awal ini yang mengkombinasikan rekaman kamera dan reportase
berita sukses membuatnya terasa nyata. Hal tersebut jelas berkaitan erat
dengan bagaimana visual dari film ini membungkus imajinasi dan mimpi
gila dari seorang Guillermo del Toro. Bagaimana del Toro menciptakan
sosok monster mengerikan yang punya bentuk beragam dengan ukuran raksasa
yang intimidatif, bagaimana ia menghadirkan jaegers sebagai lawan
semibang kaiju, dan bagaimana pertarunagn epic antara kedua monster itu
dirangkum semuanya terasa luar biasa jika bicara masalah visualnya.
Bicara masalah style saya yakin mayoritas penonton sependapat bahwa
Pacific Rim layak disebut nomor satu. Tapi bagaimana dengan substansi
ceritanya? Banyak yang menilai Pacific Rim hanya mengedepankan rangkaian
visual memikat dan melupakan elemen penting lainnya termasuk cerita dan
karakterisasi tokohnya. Ya, pendapat bahwa Pacific Rim adalah salah
satu contoh style over substance.
Setelah opening yang terasa begitu nyata, ceritanya sendiri sempat
terasa kedodoran dan dikalahkan oleh adegan pertarungan antara robot
melawan monster tersebut. Rasa mengenai serangan kaiju sebagai ancaman
global yang berhasil dibangun diawal bisa di akui mulai menghilang
bahkan hingga filmnya berakhir. Yang tersisa tinggal pertarungan besar
antara jaegers melawan kaiju, sedangkan unsur ancaman kaiju terhadap
umat manusia akhirnya mulai menghilang akibat filmnya terlalu berfokus
pada adegan pertarungan dan situasi diantara pihak resistance
dibandingkan mengeksplorasi kaiju yang mengancam umat manusia di seluruh
dunia.
Potensi yang dimiliki para karakternya juga kurang berhasil digali
secara mendalam meski ya tidak sepenuhnya gagal. Konsep menyatukan
pikiran dua orang menjadi satu bisa menciptakan sebuah drama yang
menarik antara karakternya. Apalagi dua tokoh utamanya, Raleigh dan Mako
(Rinko Kikuchi) adalah sama-sama orang yang menyimpan luka di dalam
hati mereka akibat masa lalu gelap yang diisi oleh kehilangan
orang-orang yang mereka sayangi.
Mungkin aspek ini kurang maksimal dieksplorasi tapi tidak bisa dibilang
gagal, karena pada akhirnya kedua karakter utama tersebut tetaplah tidak
terasa kosong seperti apa yang muncul pada banyak film blockbuster
misalkan
Transformers.
Kemunculan dua ilmuwan yang diperankan oleh Charlie Day dan Burn Gorman
juga cukup menarik dimana mereka sama-sama mempunyai karakte menarik
yang berbeda satu sama lain. Tentu saja karena ini adalah film Guillermo
del Toro maka kita akan berjumpa sosok Ron Perlman yang berperan
sebagai Hannibal Chau, seorang pedagang pasar gelap yang berhasil
menjadi scene stealer. Mungkin hanya Idris Elba saja yang penampilannya
tidak berkesan.
Pacific Rim mungkin gagal mempertahankan ancaman global dari kaiju, tapi
hal tersebut berhasil ditutupi oleh momen pertarungan jaegers melawan
kaiju yang berhasil dieksekusi del Toro dengan begitu epic. Melihat
kedua raksasa ini saling menghancurkan entah itu di darat, di dasar laut
bahkan di angkasa menjadi sebuah sajian yang begitu menegangkan.
Mungkin karya terbaru Guillermo del Toro ini tidak se-epic yang di
harapkan, tapi tetap saja Pacific Rim adalah tontonan seru dan sanagt
menegangkan dimana style over substance tidak selalu berakhir buruk jika
dieksekusi dengan benar. Tentu saja kita berharap akan adanya sekuel
yang semoga saja tetap dinahkodai oleh del Toro.
Sumber,