“If at first you don’t succeed, try and try
again”, tampaknya DC Entertainment dan Legendary Pictures di bawah
bendera Warner Bros tahu benar arti kutipan bijak milik Thomas H. Palmer
itu. Ya, Meskipun tidak sampai merugi, reboot layar lebar empat seri
Superman yang berjarak tiga dekade lebih lalu dalam Superman Returns
rupanya tidak terlalu bersinar apalagi jika kamu membandingkan dengan
gempuran dahsyat dari pahlawan-pahlawan super geng Marvels rivalnya
meskipun \ Returns sesungguhnya bukan reboot yang buruk dari Bryan
Singer, dan percaya tidak percaya, Superman Returns kembali meneruskan
kutukannya sejak era George Reeves, lihat apa yang terjadi dengan karier
Brandon Routh yang malang sekarang?
Tetapi ini adalah superhero terbesar di dunia, sulit untuk tidak
mengenal pemilik logo “S” dengan spandex dan celana dalam merah yang
legendaris itu, maka sayang jika kemudian tidak memberikanya sebuah
kesempatan kedua untuk membuktikan bahwa pesona si manusia baja belum
habis.
Tidak ada embel-embel “Superman” di judulnya, tetapi dengan logo
legendaris dan julukannya, sulit untuk tidak mengetahui bahwa Man of
Steel adalah cerita tentang pahlawan super ciptaan Jerry Siegel yang
sudah kita kenal sejak lahir yang kali ini kembali mendapat awal baru
meskipun sempat tertunda penayanganya sampai setahun.
Adalah seorang Zack Synder yang kemudian mendapatkan kepercayaan luar
biasa dari DC untuk membawa jagoanya memulai segalanya dari titik nol.
Seperti yang kita ketahui Synder bukan sutradara kemaren sore dalam hal
mengadaptasi komik. Ia pernah membuat Battle of Thermopylae begitu luar
biasa dalam
300, dan yang lebih besar lagi ada adaptasi komik Alan Moore yang sukses digarapnya dengan fantastis, menjadikan
Watchmen salah satu adaptasi superhero terbaik yang pernah ada.
Aapalagi kali ini ia medapatkan dukungan penuh dari David S. Goyer di
departemen naskah dan “The” Chritopher Nolan di bangku produser yang
diam-diam juga memberikan pengaruhnya kepada Snyder, ya, kedua nama itu
adalah manusia-manusia hebat di balik kesukesan besar trilogi
The Dark Knight.
Ya, kembali ke titik nol. Snyder membawa kembali semuanya ke awal ke
planet Krypton yang sekarat, tepat disaat kelahiran putra pertama Jor-El
(Russel Crowe) dan Lara Lor-Van (Ayelet Zurer), Kal-El. Krypton yang
diambang kehancuran dan pembelotan yang dilakukan oleh General Zod
(Michael Shannon) memaksa Jor-El mengirim Kal-El ke bumi beserta rahasia
besar bangsa Krypton, dan selanjutnya yang terjadi adalah sebuah awal
baru dari cerita lama tentang bayi alien yang ditemukan oleh pasangan
petani Kansas, Jonathan dan Martha Kent (Kevin Cotsner dan Diane Lane)
yang kelak akan kita kenal dengan nama Superman.
Ada dua nama jebolan saga
The Dark Knight
di sini, tentu saja epektasi kita kemudian akan melayang tinggi ke
sebuah kisah superhero kelam, manusiawi dan realistis, tetapi beruntung
itu tidak terjadi, setidaknya 2 jam lebih Man of Steel tidak di dominasi
oleh drama gelap tentang pencarian jati diri meskipun masih ada nuansa
realis namun tidak sampai terjebak terlalu dalam, toh kisahnya sendiri
sebenarnya sudah lebih dari manusiawi; Anak alien yang dirawat manusia
yang kemudian membela mati-matian para manusia ketimbang rasnya sendiri
yang nyaris punah.
Separuh pertamanya dikuasai oleh drama pencarian jati diri seorang
pemuda Kansas bernama Clark Kent yang berpetualang ke sana kemari untuk
mencari tahu siapa dirinya, mengapa ia berbeda dan tujuannya sampai
harus tersesat di bumi. Setelah momen seru di planet Krypton yang
melibatkan naga dan berujung pada kehancuran besar serta pelepasan
Kar-El yang emosional ceritanye kemudian bergarak bolak balik ke depan
dan ke belakang (Bagian ini seperti mendapatkan pengaruh kuat Nolan).
Jadi buat penonton awam yang kurang atau tidak mengetahui asal muasal
sang laki-laki super ini tenang saja Snyder akan memberikanmu semuanya
itu dengan bungkusan gambar-gambar indah ala Terrence Malick dan
momen-momen kepahlawan Clark muda sampai dewasa sebelum ia mengenakan
seragam kebesarannya.
Mungkin dari titik ini alurnya bergerak sedikit lambat dan terseok-seok,
ada kedalaman yang kurang digali meskipun terlihat Synder berusaha
menghadirkan sisi emosional terutama ketika Clark a.k.a Kar-El
berhubungan dengan ayah-ayahnya, para mantan Robin Hood itu.
Karakter Superman sendiri yang diperankan seorang Inggris, bintang The
Tudors, Henry Cavill mungkin bukan pilihan yang paling pas terlebih jika
kamu mau membandingkannya dengan dua aktor sebelumnya, tetapi usaha
melelahkan dan penuh perjuangan yang dilakukannya (menambah berat badan
dan kapasitas otot agar pas dengan konstum barunya yang membuang cawat
merah legendarinya) rupanya cukup membuahkan hasil. Dengan dagu belah
dan wajah tampannya Cavill sukses menjadi versi modern Superman ala
Synder yang menawan, terlihat perkasa.
Lalu karakter main villaint-nya adalah General Zod yang sangat pas untuk
sebuah kisah awal, pemerannya adalah Michael Shannon, aktor watak hebat
yang tidak memerlukan usaha terlalu keras untuk mengahadirkan aura
kejam dari seorang Jenderal Kryptonian yang penuh dendam dan ambisi.
Sementara ada Amy Adams yang tampak sedikit terlalu tua untuk peran Lois
Lane, love interst Superman. Perannya tidak terlalu signifikan namun
Superman tanpa kehadiran Lois Lane itu jelas aneh, dan ada sedikit twist
di sini yang di buat Snyder yang melibatkan karakter Lois yang berbeda
dengan komik atau film-film sebelumnya.
Snyder mungkin bukan seorang storyteller yang handal, kamu bisa saja
menghujat bahwa alurnya sedikit berantakan dan melelahkan, tetapi jangan
pernah meragukan Synder dan kemampuannya menghadirkan rangkaian action
sekuens spektakuler. Ya, meskipun kali ini tidak melibatkan efek
slowmotion yang menjadi ciri khasnya (imej cepat Superman tidak cocok
dislowmotion kan) namun siapa yang bisa menahan pertarungan antara sang
Manusia Super dengan para Kryptonian (Selain Zod ada karkter Faora yang
keren yang dimainkan si cantik Antje Traue).
Ini seperti melihat kombinasi pertarungan dahyat dalam anime populer
Jepang Dragon Ball dan video game dengan segala kecepatan luar biasa,
sudut pandang yang asik, scoring heroik garapan komposer bertangan
dingin Hans Zimmer dan tentu saja spesial efek dan ledakan yang
fantastis, ya, mungkin durasinya tidak terlalu banyak dibanding dramanya
dan efek 3D-nya buruk, namun apa yang dihadirkan Snyder itu sudah lebih
dari cukup untuk membuatmu berdecak kagum terutama ketika para
alien-alien super berpakian ketat itu berhantaman ria satu sama lain,
membuat tembok-tembok keras hancur seperti kerupuk dan meluluhlantakan
Metropolis seperti bagunan pasir. Skalanya dinaikan dua kali lipat lebih
besar ketimbang Superman Returns.
Zack Snyder dengan dukungan nama-nama besar di balik kesuksesan reboot
Batman membawa kembali kisah si Manusia Baja kembali ke awal,
memodifikasinya dengan sentuhan modern dan mencoba menyeimbangkan drama
tentang pencrian jati diri yang manusiawi dan parade action dahysat,
meskipun kombinasinya terasa bekerja di satu sisi saja, namun ini adalah
awal yang bagus dari franchise sebesar Superman.
Sumber,